Halaman

Senin, 27 Oktober 2014

Tata-Cara Membimbing Orang Yang Sedang Sakaratul Maut

 بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
sekarat
Dahsyatnya Sakaratul Maut.
Definisi Sakaratul Maut : Sakaratul maut merupakan kondisi orang yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan sekaratmenjelang ajal, atau najal (bahasa Jaw-pen.) 
Diutamakan bagi orang-orang yang saleh untuk mendampingi orang-orang yang akan meninggal dunia, guna mengingarkan kepad Allah. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Ash-Habus Sunan dari Ummu Salamah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Jika kamu menjenguk orang yang sakit atau melawat yang meninggal, hendklah kamu mengucapkan kata-kata yang baik, karena para Malaikat akan turut mengaminkan apa-apa yang kamu ucapkan itu......"

Sakitnya Sakaratul Maut

  1. Kita tidak bisa membayangkan, betapa dahsyatnya pertarungan iman seorang mukmin melawan syetan. Padahal kondisi orang yang sedang sakaratul maut adalah kondisi yang menyakitkan dan melelahkan. Rasa sakitnya melebihi sayatan pisau dan pedang,karena ruh dicabut dari segenap penjuru anggota tubuh.
  2. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
  3. Sakratul maut juga dapat diakatakan sebagai warming up (pemanasan) kematian. Karena kematian itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan pemanasan. Di samping itu, sebagaimana kehidupan pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, Kematian Kedua pun memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki penginapan ke tiga yang bernama Barzakh, sebuah penginapan yang jauh lebih besar dan sangat berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan dua penginapan sebelumnya, yakni perut atau rahim ibu kita dan bumi untuk kehidupan dunia.
  4. “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang (HR Tirmidzi)
  5. “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
  6. “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”. (Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah saw)
  7. “Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
  8. “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”. ( Imam Ghozali).
  9. ‘Amr bin al-‘Ash berkata kepada anaknya saat sakaratul maut, “Wahai annakku! Demi Allah, seolah-olah ranting berduri dicabut dari kakiku sampai ke kepala.”
  10. Imam Ghazali berkata, “Sakaratul maut lebih dahsyat daripada pukulan pedang, lebih tajam dari mata gunting dan gergaji. Kalau satu urat saja ditarik dari tubuh manusia, niscaya ia akan menjerit kesakitan. Lalu bagaimana kalau yang ditarik dari tubuh itu ruhnya, yang tidak ditarik dari satu urat saja, tapi dari semuanya. Kemudian setiap anggota tubuhnya akan mati secara bertahap. Pertama kakinya terasa dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya. Setiap anggota tubuh merasakan sekarat dan kepedihan sampai kerongkongannya. Pada saat itu terputuslah pandanganya dari dunia dan keluarganya, tertutup pintu taubatnya, dan penyesalan pun meliputi pikiranya.” (Ihya’ Ulumiddin: 4/419)

Hadits Tentang Do'a Saat Sakaratul Maut

  1. Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah r.a., ia bercerita (menjelang ajal menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب سكرات الموت و في المغازي باب مرض النبي ووفاته. الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ  "Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata: "Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut"Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata: "Menuju Rafiqil A'la". Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas."
  2. Rasulullah saw. di akhir hayatnya pernah memohon pertolongan kepada Allah untuk menghadapi godaan syetan saat sakaratul maut serta kepedihan proses keluarnya ruh. Do’a beliau, “Ya Allah, tolonglah saya untuk mengahadapi sakaratul maut.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah). Itulah do’a Rasulullah untuk menghadapi sakaratul maut. 
  3. Syetan tidak akan menyia-nyiakan waktu itu untuk menggoda dan menyesatkan anak Adam. Sampai menjelang akhir hayatnya, syetan akan hadir pada waktu sakaratul maut. Ia berusaha mendoktrin dan mengelincirkan manusia dari jalan yang benar. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya syetan akan mendatangi kalian saat menjelang kematiannya. Ia menyeru: ‘Matilah sebagai seorang Yahudi, matilah sebagai seorang Nashrani.” (HR. Nasa’i).

Hal-Hal Yang Disunatkan Tatkala Dekatnya Ajal Seseorang

    1. Talqin. Yakni mengajarnya membaca " La ilaha illallah." Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Turmudzi dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Ajarkanlah orang-orangmu yang akan meninggal membaca La ilaha illallah!" Dan diriwaytkan pula oelh Abu Daud dari Mu'adz bin Jabal r.a. yang dinyatakan sah oleh Hakim, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Siapa-siapa yang ucapan terakhirnya berbunyi La ilaha illallah, pastilah ia masuk surga!". Dan talqin itu dilakukan hanyalah bila seseorang itu telah tak sanggup lagi mengucapkan kalimat syahadat. Jika ia masih dapat mengucapkannya, maka tak ada artinya untuk mengajarinya. Juga talqin hanyalah terhadap orang yang masih sadarkan diri dan dapat berbicara. Orang yang hilang ingatan tak mungkin dapat ditalqinkan, sedang orang yang tak dapat berkata-kata, hendaklah ia mengulang-ulang syahadat dalam haatinya.
    2. Menghadapkannya ke arah kiblat, dalam keadaan berbaring pada sisi badan yang kanan. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abu Qatadah, juga oleh Hakim yang menyatakan sahnya. "Bahwa tatkala Nabi saw. tiba di Madinah, ia menanyakan Barra'bin Ma'rar, Ujar mereka: 'Ia sudah wafat dan mewasiatkan sepertiga hartanya buat Anda, juga agar iadihadapkan ke arah kiblat sewaktu hendak meninggal.' Maka sabda Nabi saw.: "Tepat menurut ajaran Agama Islam! Mengenai hartanya yang sepertiga itu telah saya kembalikan kepada anaknya.' ....... Dan Ahmad meriwayatkan bahwa sewaktu hendak meninggal, Fathimah putri Nabi saw. menghadap ke arah kiblat, kemudian memiringkan dirinya ke sebelah kanan. Menghadap kiblat ini ialah menuruti cara seeperti dititahkan Nabi saw. waktu tidur, begitu pun letakn mayat dalam kubur.
    3. Membacakan Surah Yasin. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, juga oleh Hakim dan Ibnu Hibban yang menyatakannya sah dari ma'qil bin Yasar: "Yasin adalah jantung Al-Qur'an, dan tidak seorang pun yang membacanya dengan mengharapkan keridhaan Allah dan pahala akhirat, kecuali ia kan diampuni-Nya. Dan bacakanlah ia kepada manusia, yakni orang yag hendak meninggal diantaramu!" Menurut Ibnu Hibban"Mautamaksudnya ialah orang yang telah dekat ajalnya, jadi maksudnya bukan dibacakan kepada mayat(orang yang telah meninggal dunia),"
    4. Menutupkan kedua matanya bila telah meninggal. berdasarkan hadits yang diriwayatkan olehMuslim yang lalu, artinya: "Bahwa Nabi saw. datang melawat Abu Salamah. Didapatinya matanya terbuka, maka ditutupkannya, lalu katanya: 'Jika nyawa seseorang dicabut, akan diikuti oleh pandangan matanya'."
    5. Menyelimutinya agar tidak tidak terbuka dan supaya rupanya yang berubah tertutup dari pandangan. Diterima dari 'Aisyah r.a.: "Bahwa Nabi saw. ketika beliau wafat, jasadnya ditutupi dengan selimut Yaman." Dan dibolehkan mencium mayat menurut ijma'. Rasulullah saw. telah mencium mayat Usman bin Mazh'un, sedang Abu Bakar r.a. menelungkup dan meratapi tubuh Nabi saw. sewaktu ia wafat, lalu menciumnya diantara  kedua matanya, serta katanya: "Wahai Nabiku, wahai junjunganku yang kucinta...!
    6. Segera menyelenggarakan pemakamannya, bila telah diyakini kematiannya. Maka hendaklah walinya segera memandikan, menyalatkan dan menguburkannyaa sebelum timbul perubahan. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Hushein bin Wahwah tanpa penjelasan lebih lanjut, Nabi saw. pergi menjenguk ketika Thalhal bin Barra' jatuh sakit, maka katanya: "Tak sempat lagi saya melihat Thalhal kecuali setelah ia menjadi mayat! Dari itu hdendaklah kamu cepat memberitahukan padaku, dan mengenai jenazah, hendaklah segera pemakananya, karena tidak layak bila jenazah Muslim  itu ditahan lama-lam diantara keluarganya!" Dan tidak seorangpun yang dinantikan kehadirannya kecuali wali. Mengenai wali ini, memang boleh ditunggu selama mayat tidak dikhawatirkan akan berubah.
    7. Membayar utangnya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.aoleh Ahmaddan Ibnu Majah, juga oleh Turmudzi yang menyatakan sebagai hadits hasan, bahwa Nabi saw. bersabda: "Nyawa seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai dibayar lebih dulu." 
    • Maksudnya urusannya terhalang, tak dapat diputuskan berbahagia atau celaka atau terhalang buat masuk surga. Ini buat mayat yang berhutang dan ada meninggalkan harta untuk membayarnya.
    • Adapun orang yang tidak mempunyai harta dan meninggal dengan rencana hendak membayarnya, maka ada keterangan bahwa Allah akan membayarkannya, demikian pula orang yang memilki harta dan hendak membayarnya, tetapi tidak dibayarkan oleh ahli warisnya. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:"Barang siapa mengambil harta orang dan bermaksud hendak membayarnya, maka Allah akan membayarkannya. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan maksud hendak menggelapkannya, (berniat tidak membayar-pen.), maka Allah akan menghabiskannya."
                          ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                          “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
    Semoga bermanfaat.
    Sumber: Fikih Sunnah 4

    Kamis, 12 September 2013

    Do'a Para Nabi Dan Rosul


    Doa Nabi Muhammad

    “ROBBANAA LAA TU-AAKHIDZANAA IN NASIINAA AU AKHTHONAA, ROBBANAA WA LAA TAHMIL ‘ALAINAA ISHRON KA-MAA HAMALTAHUU ‘ALAL LADZIINA MIN QOBLINAA ROBBABAA WA LAA TUHAM-MILNAA MAA LAA THOOQOTA LANAA BI-HII WA’FU ‘ANNAA WAGHFIR LANAA WAR-HAMNAA ANTA MAULAANAA FASHUR-NAA ‘ALAL QOUMIL KAAFIRIINA”.
    Artinya :
    “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. WahaiTuhan kami janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkaubebankan kepada orang-orang yang sebelum ka­mi. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pi-kulkan kepada kami, apa yang tak sanggup ka­mi memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilahkami dan rahmatilah Kami. Engkaulah Penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafier”
    (Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 286).
    Penjelasan :
    Do’a tersebut adalah do’a yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. Dimana menurut riwayat Al-Baihaqie, Ra-sulullah saw. bersabda : “Dua ayatyang terdapatpada akhir surat Al-Baqoroh, barangsiapa yang suka membacanya di malam hari, niscaya ia akan dipelihara dan segala macam bencana.
    “ROBBANAA LAA TUZIGH QULUUBANAA BA’DA IDZ HADAITANAA WA HAB LANAA MIN LADUNKA ROHMATAN INNAKA AN-TALWAHHAABU”.
    Artinya :
    “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepQda kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan ka-runiakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mukarena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).”
    (Al-Qur’an surat All ‘Imraan ayat 8),
    Penjelasan :
    Sebagian riwayat telah mengatakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Segala jiwa manusia itu terletak antara dua tangan Allah. Dialah yang melempangkan dan yang- men-condongkannya. Karena itu, Rasulullah saw, apabila ber-do’a beltau senantiasa memohon ketetapan hatidari iman.
    Do’a Nabi Muhammad saw. Memohon Kesejahteraan.

    “ROBBANAA AATINAA FID DUNYAA HA-SANATAN WA FIL AAKHIROTI HASANA-TAN WA QINAA ‘ADZAABAN NAARI”.
    Artinya :
    “Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalahkami dari siksa neraka “. (Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 201).
    Penjelasan :
    Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Anas ra. bahwa do’a tersebut sering diucapkan oleh Rasulullah saw. pada siangdan ma/am, dan bahkanpada setiap saat.

    Do’a Nabi Isa as. Memohon Hidangan Dari Langit

    ALLOHUMMA ROBBANAA ANZIL ‘ALAl-NAA MAA-IDATAN MINAS SAMAA-I TA-KUUNU LANAA ‘LIDAN LI AWWALINAA WA AAKHIRINAA WA AAYATAN MINKA WARZUQNAA WA ANTA KHOIRUR ROO-ZIQIINA”.,
    Artinya :
    Wahai Allah, wahai Tuhan kamit turunkanlah kiranya kepada kami satu hidangan dari langit(yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu, orang-orang yang bersama kamidan yang datang sesudah kami, dan menjadi tan-da bagi kekuasaan-Mu, beri rizqilah kami, danEngkau adalah Pemberi rizqi Yang Paling Baik”, (Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 114).

    Penjelasan :
    Menurut keterangan dari Al-Qur’an sendiri, bahwa Nabi lsa berdo’a memohon diturunkannya hidangan dari langit itu atas permintaan kaumnya yang masih ragu atas kerasulan beliau. Dan menurut keterangan ahli tafsier, sebelum Nabi Isa berdo’a dengan do’a di atas, beliau terlebih dahulu mengerjakan sholat dua raka’at, menundukkan kepala sambil menangis lalu berdo’a. Dan Allah pun meng­abulkan do’a beliau, sehingga dalam waktu singkat hidang­an dari langit itupun di datangkan, dan mereka makan ber-sama-sama

    Do’a Nabi Ibrahim as. Untuk Memohon Hikmah

    ROBBI HABLII HUKMAN WA ALHIQNII BISH SHOOLIHIINA, WAJ’AL LII LISAANA SHIDQIN FIL AAKHIRIINA WAJ’ALNII MIN WAROTSATI JANNATIN NA’IIMI”.

    Artinya :
    Wahai Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam gohngan orang-orang yang shaleh, dan jadikanlah aku buah tu-tur yang baik bagi orang-orang (yang datang) ke-mudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh de-ngan kenikmatan”.
    (Al-Qur’an surat Asy-Syu’aroo’ ayat 83 – 85).

    Penjelasan :
    Sebagian ahli tafsier menerangkan, bahwa Nabi fbrahim as. sering berdo’a dengan do’a tersebut, lantaran kaumnya banyak yang ingkar kepada Allah dan lebih suka menyembah berhala.

    Do ‘a Nabi Ibrahin as. Bersama Putranya

    “ROBBANAA TAQOBBAL MINNAA INNAKA ANTAS SAMII’UL ‘ALIIMU, ROBBANAA WAJ’ALNAA MUSLIMAINI LAKA WA MIN DZURRIYYATINAA UMMATAN MUSLIMA-TAL LAKA WA ARINAA MANAASIKANAA WA TUB ‘ALAINAA INNAKA ANTAT TAW-WAABUR ROHIIMU, ROBBANAA WAB’ATAS FIIHIM ROSUULAN MINHUM YATLUU ‘ALAIHIM AAYAATIKA WA YU’ALLIMUHU-MUL KITAABA WAL HIKMATA WA YUZAK-KIIHIM INNAKA ANTAL ‘AZIIZUL HAKIIM.

    Artinya :
    “Wahai Tuhan Kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguuhnya Engkaitlah YangMaha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menerima taubat lagi Ma­ha Penyayang. Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, & mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta me nsuci-kan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Ma-ha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
    (Al Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 127 -129).

    Penjelasan :
    Dalam Al-Qur’an sendiri telah diterangkan, bahwa do­do ‘c tersebul adalah dob yang diucapkan oleh Nabi Ibra-him as. dan Isma’il as. ketika beliau sama-sama metnbina. Ka ‘bah.

    Do’a Nabi Nuh as. Memohon Kaumnya dibinasakan

    ”ROOBIGHFIRLII WA LIWAALIDAYYA WA LIMAN DAKHOLA BAITII MU’MINAN WA LIL MU’MINIINA WAL MU’MINAATI WA LAA TAZIDIDL DLOOLIMIINA ILLAA TA-BAARON”.
    Artinya :“Wuhai  Tulianku,  ampunilah aku,  ibu-bapakku orang yang^masuk ke ramahhu dengan beriman dan seinua urang yang bertman lalri-luki dan perempuan. Dan janganlah Engkau lambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan “.(Al-Qur’an Surat Nuh ayat 23).
    Penjelasan :Meneliti Ahli tafsir, bahwa do’a tersebut adalah do’a yang diucapkan oeh Nabi as. ketika hendak memohon dibinasakan kaumnya alts keingliaran mercka. Disamping itu, beliau juga memohon unliii: keselatnatan parapcngikut-nya dari azab Allah.

    Do’a Nabi Adam as. untuk memohon ampun
    ROBBANAA DLOLAMNAA ANFUSANAA WA IN LAM TAGHFIRLANAA WA TARHAMNAA  LANAKUUNANA  MINAL KHOOSIRIINA”.
    Artinya :“Yaa Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuhi diri kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-Qur ‘an surat Al-A ‘raaf ayat 23).

    Penjelasan :
    Dalam Al-Qur’an telah diterangkan, bahwa do’a terse-but, adalah do’a yang diucapkan oleh Nabi Adam beserta istrinya (Hawa) untuk memohon ampun atas dosa mereka, lantaran telah melanggar larangan Allah. Yaitu memakan buah khuldi atas bujukan Iblis.

    Orang yang Do’anya Tidak Ditolak

    Begitupun untuk mengetahui orang-orang yang do’anya tidak tertolak, maka sebaiknya di si­ni kami sebutkan mereka-mereka itu. Karena de­ngan disebutkannya, kita bisa mengambil suri tau-ladan prilaku mereka dalam rangka rnencapai pengabulan do’a kita kepada Allah.

    Adapun orang-orang yang do’anya tidak dito-lak itu ialah :
    1. Do’anya orang yang dalam keadaan terdesak.
    2. Do’anya orang yang teraniaya walaupun ia kafir
    3. Do’anya pemimpin yang adil
    4.Do’anya orang tua terhadap anaknya
    5. Do’anya anak shaleh terhadap orang tuanya
    6. Do’anya orang yang berjasa terhadap masyarakat
    7. Do’anya orang yang menghubungkan tali silaturahmi
    8.Do’anya orang muslim terhadap sesamanya
    9. Do’anya orang yang bertaubat
    Waktu-waktu yang mustajab
    Untuk mengetahui waktu-waktu yang musta-jab, maka sebaiknya di sini kami sebutkan waktu-waktu itu. Karena, dengan waktu-waktu tersebut akan bisa memudahkan pengabulan do’a kita kepada Allah.
    Adapun  waktu-waktu   yang mustajab itu ialah  :
    (1).  Pada waktu malam Lailatul Qadar.
    (2).  Pada waktu bulan Ramadhan.
    (3)   Pada waktuwukufdi Arafah.(4).  Pada waktu hariJum’at.
    (5).  Pada waktu malam Jum’at
    (6).   Pada waktu mendengar adzan.
    (7).  Pada waKtu antara adzan dan qamat.
    (8).  Pada waktu sehabis shalat fardhu.
    (9).  Pada waktu sujud.
    {10} Pada waktu perang sedang berKecamuk.
    (11) Pada waktu khatam Al-Qur’an.
    (12) Pada waKtu minum air zam-zam.
    (13) Pada waktu ceramah ilmiah/pengajian agama.

    Sebab-sebab Do’a Tertolak

    Untuk mengetahui sebab-sebab tertolaknya do’a, maka sebaiknya di sini kami sebutkan kisah seorang Ulama’ yang terkenal waro’, yang berna-ma Ibrahirn bin Adham sewaktu beliau berkunjung ke negeri Basroh, yang kisahnya adalah. sebagai berikut;
    Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham berkun­jung ke negeri Basroh. Setelah beliau tiba di negeri itu, beliau didatangi orang-orang seraya mengaju-kan pertanyaan : “Apa sebabnya keadaan dan na-sib kami tidak berubah, padahal kami selalu ber-do’a kepada Allah, dan bukanlah Allah telah ber-janji  bahwa Dia akan mengabulkan permohonan hamba-Nya, seperti yang tersebut dalam Al-Qur’an surat Mu’min ayat  60, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Berdo’alah kalian kepada-Ku niscaya  Aku  akan mengabulkan do’a kalian itu”.
    Ibrahim bin Adham menjawab, bahwa sebab-sebab tertolaknya do’a itu ada sepuluh macam se-bab. Di antaranya ialah :
    (1).   Kamu mengaku mengenal Allah, tetapi hak-haknya tidak kamu penuhi.
    (2).  Kamu mengakui mencintai Rasulullah saw.’ tetapi sunah-sunahnya tidak kamu jalankan.
    (3).   Kamu rnembaca Al-Qur’an, tetapi isi yang ter-kandung di dalamnya tidak kamu amalkan.
    (4).   Kamu mengakui, bahwa syetan itu adalah musuh-mu tetapi kamu telah patuh kepada-nya.
    (5).  Kamu telah berdo’a untuk menghindarkan di-rimu dari siksa api neraka, tetapi kamu cam-pakkan dirimu ke dalamnya dengan berbuat dosa & maksiat.
    (6).   Kamu selalu berdo’a agar bisa masuk surga, te­tapi kamu tidak beramal untuknya.
    (7).   Kamu telah sibuk mencaturkan aib saudara-mu, tetapi kamu telah melupakan aibmu sen-diri.
    (8).  Kamu percaya, bahwa kematian itu pasti da-tang tetapi kamu tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian itu.
    (9).   Kamu   kuburkan orang-orang yang mati, te-

    tapi kamu tidak mengambil pelajaran dari per-istiwa kematian itu.
    (10) Kamu telah memakan rizqi dari Tuhan-mu, tetapi kamu tidak mau bersyukur atas rizqi yang diberikan Tuhan kepada-mii.
    Demikianlah jawaban Ibrahim bin Adham, se-bagai jawaban mengenai sebab-sebab tertolaknya do’a. Kemungkinan jawaban beliau ini, terlihat pu-la kenyataan pada kehidupan sekarang ini. Karena-nya, bila do’a kita tidak dikabulkan oleh Allah, ma-ka janganlah Dia yang kita salahkan lantaran ti­dak memenuhi janji-Nya, melainkan koreksilah di-ri kita sendiri, sudahkah kita berdo’a dengan atur-an-aturan yang sudah kami jelaskan di atas? Dan se-bagai himbauan kami, marilah kita berdo’a dengan aturan-aturan yang sudah kami jelaskan itu, karena dengan melalui aturan-aturan yang ada, maka do’a kita pasti akan dikabulkan oleh Allah sehingga kita akan mendapatkan apa yang kita idam-idamkan.
    Rahasia Terkabulnya Do’a
    Setiap do’a dari si hamba yang meminta de-ngan bersungguh-sungguh, maka pasti akan dika-bulkan oleh Tuhan.
    Dalam hal ini Allah Subhanhu Wa Ta’ala ber-f irman :
    “UD’UUNII ASTAJIB LAKUM”.
    Artinya :
    “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan meng-abulkan do’a kalian itu”. (SuratMu^min ayat 60)
    Berdasarkan ayat di atas-jelaslah, bahwa ma-nusia itu tidak boleh ragu-ragu setiap do’a yang dipanjatkan-nya pasti akan dikabulkan. Sungguh-pun demikian, namun tidak sedikit pada kenyataan ada do’a-do’a yang tampaknya tidak dikabulkan oleh Tuhan. Padahal sebenarnya setiap do’a itu tentu akan dikabulkan. Tetapi jika ternyata ada do’a yang tidak dikabulkan, maka ini meminta penelitian kita sendiri. Kita harus periksa, harus koreksi baik-baik terhadap diri kita sendiri. Kita harus cari apa sebabnya dan dimana letak kesalah-annya? Halangan apakah yang menyebabkan do’a itu tidak kunjung terkabul?Firman Allah yang tertera di atas itu adalah benar petunjuk yang tepat dan janji yang tidak bisa dipungkiri lagi, sebab Allah tidak mungkin akan memungkiri janji-Nya.Ibarat membuka pintu, maka kita harus men-cari kunci yang cocok. Jangan sembarang kunci di-bawa, mungkin semuanya tidak ada yang cocok, sehingga keinginan untuk membuka pintu itu sulit dicapainya. Pintu bisa terbuka dengan mudah, asal dengan kunci yang cocok. Dan sekarang, kita ting-gal mencari kunci yang cocok itu.Nah, untuk mendapatkan kunci yang cocok, marilah kita renungi arti dan makna yang terkan-dung dalam firman AUah sebagai kunci pengabul-an do’a sebagai berikut :
    “WA IDZAA SA-ALA’KA ‘IBAADII ‘ANNII FA INNII QORJIBUN UJIIBU DA’WATAD DAA’I IDZAA DA’AANII FAL YASTAJIIBUU LII WAL YU’MINUUBII LA’ALLAHUM YARSYUDUUNA”.
    Artinya :
    “Dan Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepa-damu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawab-lah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku kabul-kan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo ‘a kepada-Ku, karena itu hendaklah me-reka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hen­daklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam jalan lurus”.
    (Surat Al-Baqoroh ayat 1986).
    Nah, jika kita renungi dan kita fahami makna yang terkandung dalam firman Allah yang tertera di atas itu ada terdapat 5 untaian kunci rahasia terkabulnya do’a yang tersusun sebagai berikut :
    (1).   Aku Adalah Dekat.
    (2).  Aku Kabulkan Permohonan Orang Yang Men-do’a Apabila la Berdo’a Kepada-Ku.    *
    (3).  Hendaklah  Mereka Memenuhi  Segala Perin-tah-Ku.
    (4),  Hendaklah Mereka Beriman kepada-Ku.
    (5),   Agar Mereka Berada Dalam Jalan Yang Lu-rus.
    Jadi dengan pengertian “Aku Adalah Dekat”, berarti kita harus berlaku ihsan. Dan mengenai.pe­ngertian “Aku Kabulkan Permohonan Orang Yang Mendo’a Apabila la Berdo’a Kepada-Ku”, berarti kita harus benar-benar berdo’a dengan permintaan yang bersungguh-sungguh dalam bentuk yang khu-syu’ disertai keuletan dan ketekunan. Selanjutnya mengenai pengertian “Hendaklah Mereka Meme­nuhi Segala Perintah-Ku”, ini berarti kita harus menjalani segala perintah dan menjauhi segala la-rangan-Nya. Dus, seruan Allah ini berarti Dia me-nyuruh kita supaya menjadi orang yang bertaqwa.

    Sedang mengenai pengertian “Hendaklah Mereka Beriman Kepada-Ku”, ini berarti kita tidak boleh ragu-ragu, tidak boleh berputus asa bilapermohon-an kita belum dan keyakinan terhadap Allah Sub-hanahu Wa Ta’ala, bahwasanya Dia pasti akan mengabulkan do’a kita. Dan pada penutup ayat tersebut, yang berbunyi “Agar Mereka Selalu Ber­ada Dalam Jalan Yang Lurus”, ini berarti kita harus bekerja dan berusaha menurut jalan yang benar.’ Kita berusaha dan bekerja harus berpijak pada jalan yang benar yang diridhai oleh Allah. Kita tidak boleh berbuat culas dan curang di dalam bekerja dan berniaga. Kita akan mendapat keuntungan yang besar bila kita mau berpijak kepada jalan yang benar. Kita jangan terkecoh dengan falsafah edan yang berbunyi : “Zaman sekarang siapa yang ber­buat jujur, maka hidupnya tidak akan mujur”, artinya ia akan tersingkir dari kedudukannya, lan-taran banyaknya teman seprofesinya berbuat cu­rang. Ingatlah, falsafah semacam ini janganlah di-jadikan pegangan, karena falsafah tersebut keluar dari mulutnya orang yang edan.
    Sementara firman Allah yang tertera di atas bila kita rumuskan terdapat 5 untaian kunci raha- •-sia terkabulnya do’a sebagai berikut :
    Aku kabul-kan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo ‘a kepada-Ku, karena itu hendaklah me-reka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hen­daklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam jalan lurus”.(Surat Al-Baqoroh ayat 1986).
    (1).   Ihsan.
    (2).  Khusyu
    (3).Taqwa.
    (4).Yaqie n.
    (5).Berj ih ad.
    Ihsan.
    Ihsan artinya seakan-akan kita melihat Allah, dan jika tidak mampu berbuat yang demikian, maka hendak-lah kita yakin bahwa Allah itu melihat kita, Allah senantiasa melihat dan mem-perhatikan tingkah-laku perbuatan lahir dan perbuatan batin kita. Karena itu, kita harus takut berbuat yang tidak baik, yaitu perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu Wat Ta’ala, walaupun tidak satupun manusia yang tahu akan perbuatan kita itu. Kita harus sadar bahwa Allah telah melihat dan mengetahui. Dari itu kita harus selalu berbuat baik, menjauhi hal-hal yang di-larang.
    Orang yang ins an adalah orang yang berhati baik, baik dalam perkataan dan perbuatan. Segala sesuatunya selalu disertai dengan niat yang baik pula. Jadi, orang yang ihsan bila berdo’a kepada
    Allah, ia selalu merasa dirinya dekat kepada-Nya, menyampaikan permohonannya secara langsung dengan kata-kata yang tersusun baik. Dalani pada itu ia tidak mempunyai pemikiran lain, melainkan Allah semata yang terlihatdi dalam hati sanubarinya,
    Orang yang ihsan tidak mungkin berdo’a salah alamat atau salah tuju dan salah wesel. “Sebagaimana orang yang berkirim surat salah alamat, maka akibatnya bisa salah kirim. Do’a orang yang ihsan benar-benar ditujukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sedang do’a yang ditujukan kepada selain Allah, ya’ni kepada ku-buran, kepada pohon-pohon besar, kepada gunung, kepada sungai-sungai, kepada semak belukar dan kepada batu-batu besar, adalah do’a yang kesasar, yaitu do’a yang salah alamat.
    Allah selalu mengabulkah setiap do’a orang yang meminta kepada-Nya, asal saja benar-benar ditujukan kepadaNya, tetapi bukanlah do’a yang salah alamat/kesasar.
    Khusyu'
    Khusyu’   ialah   memusatkan   fikiran   secara bulat-bulat kepada Allan” Subhanahu Wa Ta’ala. Di samping fikiran terpusat dan tetap ke hadirat Allah semata-mata, kita harus mendengarkan perkataan lisan dan perkataan hati kita dengan seksama serta memperhatikan pula kepada maksud dan tujuannya. Begitulah hendaknya keadaan kita sepanjang do’a yang kita baca sejak awal hingga akhir. Jadi kita harus dengan betul-betul perka­taan kita sendtri, dan selama kita memohon jangan-lah fikiran kita berjalan kesana kemari, sehingga tidak mampu memperhatikan maksud dan tujuan apa yang kita katakan itu.
    Jika kita enggan memperhatikan dan men­dengarkan apa yang kita katakan sebagai per-mohonan yang telah kita panjatkan, maka bagai-mana mungkin Allah mau mendengarkan per­kataan kita?
    Jika kita tidak mau memperhatikan maksud dan tujuan do’a kita itu, bagaimana pula Allah mau memperhatikan permohonan kita. Do’a semacam itu seolah-olah main-main saja, suatu do’a yang disampaikan dengan cara yang tidak bersungguh-sungguh. Karena itu, Tuhan tidak akan mengabul-kan do’a orang yang sikapnya hanya main-main belaka.Kita berdo’a hendaknya sebagaimana mesti-nya, ya’ni dengan cara yang khusyu’. Karena de–ngan kekhusyu’an bisa mengantarkan kepada pengabulan. Allah hanya mengabulkan do’a orang yang khusyu’, do’a orang yang benar-benar memo­hon kepada-Nya. Itulah yang dimaksudkan dalam firmanNya yang berbunyi : “Aku kabulkan Per­mohonan Orang Yang Mendo’a Apabila la Berdo’a kepada-Ku”.
    Ta q w a.
    Orang yang bisa bersamaan dengan Allah, adalah orang yang taqwa, karena orang yang taqwa itu selalu tunduk dan patuh terhadap kehendak Allah. Baik kehendaknya itu berupa taqdir maupun kehendak-Nya berupa perintah dan larangan. »
    Terhadap taqdir yang berlaku atas dirinya atau apa yang berlaku di luar dirinya, semuanya itu ia terima dengan hati yang tulus, dengan rasa syukur sebagai kemauan Allah yang diresapkan juga menjadi kemauannya.
    Perintah dan larangan selalu dijunjung dan dita’atinya, sehingga dengan demikian ia dapat meresapkan kemauan Allah yang haqiqi yang harus berlaku atas segala hamba-Nya. Karena itu, apabila orang mau turtduk dan patuh pada kehendak Allah, maka Dia akan melapangkan jalan temp at kita berusaha dan bckerja.
    Allah Subhanahu U’a Ta’ala Ix-rfirman :
    “WA MAN YATTAQILLAAHA YAJ’AL LAHUU MAKHROJAN WA YARZUQUHUU MIN HAITSU LAA YAHTASIBU”. .
    Artinya :
    “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah ms-caya Dia akan memberikan baginya jalan keluar, serta memberinya rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka “.
    (Surat Ath-Thalaaq ayal 2 — 3).
    Berdasarkan penjelasan di,atas jelaslah, bahwa Allah akan mengabulkan do’a orang yang meme-nuhi segala perintah-Nya, yaitu apa yang dikehen-’daki oleh Allah, Sedang yang dikehendaki oleh Allah ialah supaya kita senantiasa menjalani hidup yang taqwa.meskipun kehendak-Nya berupa perintah dan larangan.Terhadap taqdir yang berlaku atas dirinya atau apa yang berlaku di luar dirinya, semuanya itu ia terima dengan hati yang tulus, dengan rasa syukur sebagai kemauan Allah yang diresapkan juga menjadi kemauannya.
    Perintah dan larangan selalu dijunjung dan dita’atinya, sehingga dengan demikian ia dapat meresapkan kemauan Allah yang haqiqi yang harus mau berpijak kepada jalan yang benar. Kita jangan terkecoh dengan falsafah edan yang berbunyi : “Zaman sekarang siapa yang ber­buat jujur, maka hidupnya tidak akan mujur”, artinya ia akan tersingkir dari kedudukannya, lan-taran banyaknya teman seprofesinya berbuat cu­rang. Ingatlah, falsafah semacam ini janganlah di-jadikan pegangan, karena falsafah tersebut keluar dari mulutnya orang yang edan.
     Sementara firman Allah yang tertera di atas bila kita rumuskan terdapat 5 untaian kunci raha- •-sia terkabulnya do’a sebagai berikut :
    Aku kabul-kan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo ‘a kepada-Ku, karena itu hendaklah me-reka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hen­daklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam jalan lurus”.(Surat Al-Baqoroh ayat 1986).
    Yaqien.
    Firman Allah yang dimaksud “Hendaklah Mereka Beriman Kepada-Ku”, adalah menghendaki agar kita yaqien, dan menghilangkan keragu-rs^uan dari lubuk hati untuk tidak mengenal putus-asa, Menghendaki supaya kita tekun dan ulet. Kita berdo’a tidak boleh mengenal bosan dan jemu atau kandas di tengah jalan. Kita berdo’a bukan hanya sexali atau dua kali saja, melainkan berulang-ulang. Memang do’a itu adakalanya kon-tan terkabul dan adakalanya lama sekali baru terkabuK Sebab kehendak Allah berlaku menurut taqdirnya, maka taqdirnya sesuatu adalah sampai waktunya menurut taqdir-Nya. Oleh karena itu, berdo’a itu harus diperlukan ketekunan dan ke-uletan, serta harus penuh pengharapan dan keya-Kinan.
    Senantiasalah berdo’a setiap selesai shalat. Lakukanlah dengan penuh semangat, tidak me­ngenal jemu dan bosan. Jangan berhenti di tengah jalan, melainkan berdo’alah terus dengan harapan bahwa do’a itu akan terkabul.
    Berhenti di tengah jalan adalah merupakan putus-asa. Sedangkan putus-asa itu telah mengandung pengertian memutuskan hubungan dengan Dzat Yang Memberikan pengabulan segala do ‘a. Karena itu, yakinkanlah dan berpeganglah teguh dengan kebulatan tauhid. Jangan memutuskan hubungan dengan Tuhan.
    Dalam  hal  ini   Rasulullah   s.a.w.  bersabda :
    “UD’ULLAAHA WA ANTUM MUUQINUUNA BIL IJAABATI WA’LAMUU ANNALLAAHA LAA YASTAJIIBU DU’AA-AN MIN QOLBIN-GHOOFILIN LAAHIN
    Artinya :
    “Berdo’alah kepada Allah dengan keyakinan bahwa do ‘a kalian itu akan dikabulkan oleh-Nya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah tidak mengabulkan do ‘a yang timbul dari hati yang hampa (tidak bersungguh-sungguh)”. (Diriwayatkan oleh Turmudzi, Hakim & Ibnu Majah).
    Terhadap taqdir yang berlaku atas dirinya atau apa yang berlaku di luar dirinya, semuanya itu ia terima dengan hati yang tulus, dengan rasa syukur sebagai kemauan Allah yang diresapkan juga menjadi kemauannya.
    Perintah dan larangan selalu dijunjung dan dita’atinya, sehingga dengan demikian ia dapat meresapkan kemauan Allah yang haqiqi yang harus mau berpijak kepada jalan yang benar. Kita jangan terkecoh dengan falsafah edan yang berbunyi : “Zaman sekarang siapa yang ber­buat jujur, maka hidupnya tidak akan mujur”, artinya ia akan tersingkir dari kedudukannya, lan-taran banyaknya teman seprofesinya berbuat cu­rang. Ingatlah, falsafah semacam ini janganlah di-jadikan pegangan, karena falsafah tersebut keluar dari mulutnya orang yang edan.
    Sementara firman Allah yang tertera di atas bila kita rumuskan terdapat 5 untaian kunci raha- •-sia terkabulnya do’a sebagai berikut :
    Aku kabul-kan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo ‘a kepada-Ku, karena itu hendaklah me-reka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hen­daklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam jalan lurus”.(Surat Al-Baqoroh ayat 1986).

    B e r j i h a d.
    Yang dimaksud berjihad disini ialah kerja keras memeras keringat membanting tulang untuk mendapatkan sesuatu. Pada umumnya kata jihad itu ditujukan atau diarahkan kepada bekerja keras untuk beramal shaleh atau beramar ma’ruf nahi mungkar.
    Merupakan suatu tanda kesungguhan dalam berdo’a bila kita barengi dengan bekerja keras {berjihad). Yaitu dengan semangat yang berapi-api serta kegiatan yang semakin meningkat dalam melaksanakan segala usaha dan ikhtiar demi men­dapatkan sesuatu yang kita inginkan. Janganlah anda berdo’a minta kaya, meminta didatangkan rizqi yang melimpah, sementara anda hanya berpangku tangan tidak mau bekerja dan beru-saha untuk mendapatkan rizqi itu, karena hal tersebut mustahil bila ada rizqi datang sendiri, tanpa didatangkan dengan bekerja keras memeras tenaga dan fikiran. Ketahuilah, Allah tidak akan melayani do’a semacam itu.
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
    “INNALLAAHA LAA YUGHAYYIRU MAA BI QOUMIN HATTAA YUGHAYYIRU MAA BI ANFUSIHIM”.
    Artinya :
    “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
    (Surat Ar-Ra ‘d ayat 11).
    Berdasarkan ayat di atas jelaslah, bahwa Tuhan tidak akan merobah keadaan sesuatu Kaum .sehingga kaum tersebut mau merobah keadaannya sendiri. Itulah yang dimaksud, rizqi tidak akan datang sendiri t’anpa dicari dan diusahai. Ya’ni berdo’a saja tanpa dibarengi dengan usaha dan ikhtiar adalah salah besar, dan bekerja saja tanpa dibarengi dengan do’a adalah keliru. Ka-rena banyak kemungkinan apa yang didapatnya itu keluar dari jalan yang tidak. diridhai oleh Allah.
    Allah memberikan pengabulan terhadap do’a-nya orang yang bersungguh-sungguh, dan hal ter­sebut mencakup kepada 5 unsur, yaitu : Ihsan, Khusyu’, Taqwa, Yaqin dan berjihad. pan kelima

    unsur inilah yang menjadi kunci pengabulan do’a kita kepada Allah.
    Tuhan menghendaki agar kita sudi bekerja keras dengan jalan yang benar lagi diridhai oleh-Nya, yaitu tidak melepaskan dasar perbuatan amal shaleh dan amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan de-mikian, Tuhan akan melapangkan jalan dan memu-Jahkan dalam segala urusan, dalam segala usaha dan pekerjaan kita. Karenanya, maka itulah sebab-nya Allah berseru : “Agar mereka selalu berada dalam jalan yang lurus”.
    Firman Allah ini menghendaki agar kita be­kerja keras dengan penuh usaha, mencurahkan te-naga dan fiKiran dengan cara menempuh jalan yang lurus, jalan yang diridhai oleh Allah, bukan jalan yang sesat dan dimurkai.
    Jalan yang lurus adalah jalan Tuhan, jalan yang menuju keselamatan dan kebahagiaan. =Sebab dalam dunia perniagaan dan dunia usaha, kejujur-,an adalah merupakan modal emas yang berada di tangan kita. Kepercayaan orang terhadap” kejujur-an kita adalah kunci yang menentukan suksesnya usaha. Karena itu kita harus berlaku lurus, jujur dan bekerja dengan baik.
    Perintah dan larangan selalu dijunjung dan dita’atinya, sehingga dengan demikian ia dapat meresapkan kemauan Allah yang haqiqi yang harus mau berpijak kepada jalan yang benar. Kita jangan terkecoh dengan falsafah edan yang berbunyi : “Zaman sekarang siapa yang ber­buat jujur, maka hidupnya tidak akan mujur”, artinya ia akan tersingkir dari kedudukannya, lan-taran banyaknya teman seprofesinya berbuat cu­rang. Ingatlah, falsafah semacam ini janganlah di-jadikan pegangan, karena falsafah tersebut keluar dari mulutnya orang yang edan.

    Sementara firman Allah yang tertera di atas bila kita rumuskan terdapat 5 untaian kunci raha- •-sia terkabulnya do’a sebagai berikut :
    Aku kabul-kan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo ‘a kepada-Ku, karena itu hendaklah me-reka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hen­daklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam jalan lurus”.(Surat Al-Baqoroh ayat 1986).
    Mengapa Manusia Harus Berdo’a??
    Setelah kita mengetahui sejarah do’a, sekarang marilah kita menelusuri apa sebabnya manusia itu harus berdo’a? Hal tersebut bisa kita tinjau pada diri manusia itu sendiri, mengapa ia harus berdo’a kepada Allah? Ketahuilah, bahwa pada diri ma­nusia itu ada beberapa hal yang menyebabkan ia harus berdo’a. Diantaranya ialah :
    Pertama, lantaran panggilan jiwanya, dan hal ini dapat dibuktikan ketika Adam dan Hawa terkena bujuk rayu Iblis, sehingga mereka me-makan buah larangan Allah, dan kepada keduanya Dia berfirman : “Bukankah Aku sudah melarang kamu berdua dari memakan buah larangan itu dan Aku katakan kepada kalian : ‘ ‘Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua”. Kemudian seketika itu juga keduanya berdo’a : “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengam-puni diri kami dan member! rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.(Surat Al-A’raaf ayat 22 — 23).
    Dari ayat di atas telah menyatakan, bahwa
    ketika Adam dan Hawa merasa bersalah, seketika keduanya berdo’a kepada Allah untuk meminta diampuni dosanya dan diberikan rahmat kepadanya. Dengan demikian jelaslah, bahwa berdo’a itu adalah merupakan panggilan jiwa manusia itu sendiri.
    Kedua, lantaran mendapat kesulitan atau menghadapi mara-bahaya yang dasyat, maka pasti manusia itu akan berdo’a kepada Allah agar dihin-darkan dari kesulitan atau mara-bahaya itu.
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
    WA IDZAA MASSAN NAASA DHURRUN DA’AU ROBBAHUM MUNIIBIINA ILAIHI”.
    Artinya :
    “Dan apabila manusia ditimpa oleh suatu baha-ya, mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya”
    (Surat Ar Rum ayat 33).
    Ayat di atas tegas sekali menyatakan, bahwa apabila mara-bahaya menimpa manusia, ia akan berdo’a kepada Allah dengan segala macam cara yang dapat dilakukannya.
    Ketiga, lantaran Allah sendiri yang memerin-tah kepada manusia untuk berdo’a kepada-Nya.
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
    ‘UD’UUNII ASTAJIB LAKUM”.
    Artinya :
    “Berdo ‘alah    kepada-Ku,    niscaya   Aku   akan mengabulkan do’a kalian itu”.
    (Surat Mu ‘mm ayat 60).
    Ayat di atas tegas sekali, bahwa Allah telah memerintahkan kepada manusia agar ia berdo’a kepada-Nya. Dan hal ini adalah merupakan per-aturan Allah, yang manusia harus mematuhinya.
    Keempat, lantaran manusia itu sendiri dicip-takan Allah dalam keadaan lemah.
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
    maka ia sangat membutuhkan bantuan kepada Allah apabila ia kedatangan kekuatan yang besar dan dasyat. Seperti kedatangan banjir besar, ke­datangan angin taufan, kedatangan penyakit me-4ular, gempa bumi, tanah-longsor, kesulitan eko-nomi dan sebagainya.Dari segala peristiwa di atas, manusia tidak sanggup untuk menghadapinya, dan tidak ada pula kekuatan yang dapat diharapkan untuk membantu-nya selain dari pada Allah yang menciptakan dan mengatur semua itu menurut kehendak-Nya,
    Dalam hal ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :WA  KHULIQOL  INSAANU DHA’IIFAN”.
    Artinya :
    Manusia dijadikan bersifat lemah”.
    (Surat An-Nisaa’ ayat 28).
    Berdasarkan ayat di atas jelaslah, bahwa ma­nusia itu adalah makhluq yang lemah. Karenanya
    “WA IDZAA MASSAL INSAANA DHURRUN DA’AANAA LI JANBIHII AU QOO’IDAN AU QOO-IMAN”.
    Artinya :
    “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia ber­do’a kepada Kami dalam keadaan berbaring,duduk atau berdiri.(Surat Yunusayat 12).
    Demikianlah di  antara hal-hal yang menye-babkan manusia itu harus berdo’a kepada Allah,
    Sejarah Do’a
    Menurut catatan sejarah, bahwa do’a itu di-kenal semenjak manusia pertama (Adam as) di­ciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal tersebut bisa dibuktikan dalam uraian tentang sejarah terjadinya surat Al-Fatihah, surat pertama dari Al-Qur’an, yang telah disebutkan dalam kitab “Khazinatul Asrar”. Di situ diterangkan, bahwa sesudah Adam as. diciptakan dan ditiupi roh pa-danya, ia berdo’a kepada Tuhan, kepadanya diajar kan cara-cara berdo’a dan sebagai do’a pertama yang dibaca Adam as. ialah : “Ya Tuhanku, tun-jukilah daku jalan yang lurus, yaitu jalan mereka yang pernah beroleh nikmat dari-Mu, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan jalan me-rekayang sesat”.Nah, semenjak itulah mulai digunakan do’a tidak saja Qabil dan Habil, tetapi para Nabi pun berdo’a. Nabi Nuh berdo’a, Nabi Hud berdo’a, Nabi Shaleh berdo’a, Nabi Ibrahim berdo’a, Nabi Luth berdo’a, Nabi Ya’qub berdo’a, Nabi Musa berdo’a, Nabi Harun berdo’a, Nabi Daud berdo’a, Nabi Sulaiman berdo’a Nabi Ayyub berdo’a, Nabi Zakaria berdo’a, Nabi Isa berdo’a dan Nabi Muhammad pun berdo’a pula.Dengan demikian, ibadat berdo’a itu hampir terdapat diseluruh bangsa manusia. Bangsa manusia yang tidak bertuhan kepada Allah, mereka meng-hadapkan do’anya kepada benda-benda, pohon-. pohonan atau binatang, yang oleh mereka diang-gapnya berjiwa dan berkekuatan. Tetapi bagi bang-sa-bangsa yang bertuhan, menghadapkan do’any a kepada Allah Yang Maha Kuasa, sebagai kesatuan pencipta dan sebagai pusat dari pada segala tenaga lahir batin. Karenanya, maka terjadilah do’a dan shalat itu sebagai sarana kebutuhan rohani bagi manusia itu sendiri.Sementara itu, orang-orang Fir’aun berdo’a kepada raja-raja dan kepada matahari, orang-orang Yunani berdo’a kepada Tuhan-Tuhan mereka, orang Hindu berdo’a, orang Budha berdo’a, orang Yahudi berdo’a, dan orang Nasrani pun berdo’a pula. Semua itu tidak lain hanyalah bertujuan untuk meminta keselamatan dan keberuntungan bagi dirinya, selamat dari bencana dan malapetaka.
    Demikianlah sejarah do’a yang usianya me-mang sudah cukup tua, bersamaan dengan tercip-tanya manusia dipermukaan bumi ini.